Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan sebuah perumpamaan yang indah berkaitan soal pergaulan. Kata Rasul, "Perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk yang buruk itu seperti penjual parfum dan pandai besi. Penjual parfum bisa saja memberimu parfumnya, atau kamu membeli darinya, atau minimal kamu dapat mencium aroma wanginya. Sedangkan bersama pandai besi, pakaianmu bisa terpercik api, atau kamu mencium aroma sangit darinya. (HR. Bukhari Muslim).
Rasul juga menyatakan, "Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka perhatikan olehmu dengan siapa berteman." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Pengaruh seorang teman memang luar biasa. Ia bisa mewarnai pemikiran, sikap, hingga agama. Semoga kita tidak lupa bagaimana kisah akhir hidup Abu Thalib, paman Rasul kita. Sebab, di sana, ada pelajaran yang sangat berharga.
Rasulullah mengunjungi Abu Thalib yang sedang menghadapi ajal. Turut hadir di sana Abu Jahal beserta kawan-kawannya. Rasulullah dengan lembut meminta pamannya agar mengucap laa ilaaha illallaah, agar Rasul kelak dapat membela beliau di pengadilan Allah.
Saat itu juga, Abu Jahal menginterupsi dan meyakinkan Abu Thalib agar tetap berada di atas agama nenek moyangnya. Kita tahu bagaimana akhir kisah ini. Abu Thalib meninggal dengan masih memeluk keyakinan jahiliyah, gara-gara ada perasaan segan kepada Abu Jahal dan kawan-kawannya.
Kisah Abu Thalib menjadi pelajaran berharga. Betapa besar pengaruh teman pada diri kita. Salah memilih teman, bisa saja berbuah petaka. Wallahu a'lam.
Foto; Tim F4 Penggerak Nasi Gratis Jogja, Alumni SMTI Yogyakarta.